12 September 2025

STEM Education Biology : Building Eco-Literate Teachers for SDGS

Surakarta, 11 September 2025 – Program Studi Tadris Biologi mengadakan Seminar Pendidikan bertema “STEM Education in Biology: Building Eco-Literate Teachers for SDGs”. Kegiatan yang berlangsung di Aula PPG UIN Raden Mas Said Surakarta pukul 08.40 hingga 11.30 WIB ini menghadirkan Dr. Rahmania Pamungkas, M.Pd. sebagai narasumber, dengan moderator Ibu Amining Rahmasiwi, M.Pd., serta sambutan oleh Prof. Dr. H. Fauzi Muharrom, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah.

Dalam pemaparannya, narasumber menekankan urgensi pendidikan STEM di Indonesia dengan mengutip hasil survei PISA. “Lebih dari 70% siswa Indonesia masih berada di bawah kompetensi minimum dalam membaca, matematika, dan sains. Kondisi ini menuntut kita untuk mengubah cara belajar mengajar,” tegasnya. Menurutnya, STEM menjadi solusi karena berbasis masalah nyata dan selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Lebih lanjut, narasumber menegaskan pentingnya peran guru dalam Kurikulum Merdeka Belajar. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga fasilitator dan penggerak pembelajaran. “Guru harus menjadi pengarah sekaligus penggerak, bukan sekadar penyampai materi,” jelasnya. Dengan demikian, siswa diharapkan. mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.

Terkaiit penerapan STEM di kelas, narasumber menguraikan tiga tantangan utama, yaitu integrasi konten, praktik pedagogi, dan disposisi STEM. Narasumber juga menjelaskan orientasi kurikulum STEM yang berfokus pada masalah (problem-centric), solusi (solution-centric), dan pengguna (user-centric). Berbagai contoh proyek nyata dipaparkan, seperti Yellow Trap untuk pengendalian hama tanpa pestisida, komposter POC, hingga ecobrick sebagai solusi limbah plastik. “Melalui proyek-proyek ini, sains, teknologi, rekayasa, dan matematika bertemu dalam satu solusi yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya sambil menampilkan karya mahasiswa.

Antusiasme peserta terlihat jelas dalam sesi tanya jawab. Salah satu peserta bertanya, “Apakah pendidikan STEM bisa diterapkan di semua materi pelajaran?” Menanggapi hal ini, narasumber menjawab, “Bisa, tetapi dengan cara berbeda. Misalnya materi tentang sel, kita bisa mendesain pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah yang sesuai konteks.” Pertanyaan lain seputar metode pembelajaran juga muncul, termasuk bagaimana solusi dapat dipresentasikan secara kreatif, yang dijawab dengan contoh penerapan melalui kegiatan bermain peran.

Sebagai penutup, narasumber menegaskan kembali bahwa pendidikan STEM dan ESD bukan hanya menyiapkan siswa yang unggul secara akademik, tetapi juga membentuk generasi yang peduli lingkungan, kreatif, dan adaptif menghadapi tantangan global.

 

STEM Education Biology : Building Eco-Literate Teachers for SDGS